|
alam kaitannya dengan kesalahan cara pandang manusia
tentang dirinya, alam dan hubungan manusia dengan alam, salah satu aspek
penting dari kesalahan cara pandang tersebut yang sangat berpengaruh terhadap
krisis ekologi sekarang ini adalah cara pandang atau paradigma ilmu pengetahuan
modern. Cara pandang tersebut memperkuat dominasi manusia atas alam, karena
alam hanya dilihat sebagai objek untuk dikaji, dianalisis, dimanipulasi, dan
direkayasa dan eksploitasi manusia. Cara pandang ini tidak akan mewujudkan
sikap dan perilaku ramah lingkungan.
1.
Pendekatan Mekanistis – Reduksionistis
Cara pandang ilmu
pengetahuan dan teknologi modern ini pada dasarnya sekular, mekanistis dan
reduksionistis. Sekular karena ilmu pengetahuan tidak lagi didasarkan pada
prinsip – prinsip apriori yang diterima benar dengan sendirinya, tapi
didasarkan pada pengamatan panca indera dan metode induksi. Mekanistis dikarenakan
semua alam semesta dan manusia, terutama dilihat secara mekanistis sebagai
suatu mesin yang secara mekanistis dapat dianalisis.
Paradigma ilmu
pengetahun modern ini bertumpu pada logika Cartesian yang memisahkan secara
tegas antara jiwa dan tubuh, subjek dan objek, roh dan materi, fakta dan nilai.
Hal ini merupakan kekuatan utama yang menetukan perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan modern hingga sekarang. Pembedaan in wajar dan baik. Yang menjadi
masalah adalah logika dominasi yang ada di balik dan sangat menentukan cara
pandang ilmu pengetahuan modern ini.
Ada beberapa kelemahan
dan persoalan serius pada cara pandang ini,termasuk juga kaitannya dengan
lingkungan hidup. Pertama, etika
tidak mendapat tempat dalam keseluruhan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Yang dipentikan adalah fakta, karena nilai bukan fakta
empiris melainkan tuntunan normatif, dan etika yang berurusan dengan nilai dianggap
tidak ilmiah. Kedua, kalaupun
pemanfaatan hasil – hasil ilmu pengetahuan mendapat perhatian, yang sangat
dipentingkan oleh ilmu pengetahuan modern adalah nilai – nilai instrumental
yang dikaitkan dengan kegunaan. Yang sangat disayangkan disini adalah nilai dan
kegunaan ekonomis, material dan kuantitatif. Manfaat ilmu dan teknologi pun
direduksi kepada sekedar manfaat ekonomis – material. Ketiga, yang diutamakan adalah kuantitatif bukan kualitatif.
Bersamaan dengan itu, yang diutamakan adalah ilmu – ilmu keras yang menonjolkan
dan mampu menyodorkan data dan fakta kuantitatif empiris. Maka, ilmu sosial
apalagi yang menyoroti aspek moral manusiawi dan etika human, diremehkan
sebagai bukan ilmu pengetahuan. Keempat,
karena etika tidak mendapat tempat dalam ilmu pengetahuan, kecenderungan dasar
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
2.
Pendekatan Holistik
Menyadari kelemahan –
kelemahan paradigma mekanistis – reduksionistis, muncul sebuah paradigma ilmu
pengetahuan yang holistikdan sistematik. Dalam kaitannya dengan lingkungan
hidup, bisa disebut juga sebagai paradigma atau pendekatan ekologis. Terdapat
interaksi antara subjek dan objek. Manusia dan alam tidak dapat dipisahkan dan
membentuk suatu sinergi sistemik. Alam dipahami terdiri dari keseluruhan yang
terkait satu sama lain, yang jauh lebih besar dari jumlah – jumlah bagiannya. Dunia
tidak dilihat sebagai suatu duia yang mekanistis, melainkan suatu dunia yang
dicirikan oleh relasi yang organis, dinamis dan kompleks. Semua fenomena tidak
dilihat sebagai relasi sebab akibat namun dilihat sebagai suatu jaringan yang
kompleks. Lebih menitikberatkan pada aspek kualitatif dan yang menjadi titik
perhatian adalah realitas fisik dan metafisik. Nilai –nilai instrumental dan
intrinsik terintegrasidalam nilai – nilai yang sistemik.
Pendekatan holistik ini
mempunyai dampak yang sangat positif bagi lingkungan hidup. Pertama, pendekatan holistik tidak
menerima bahwa pengetahuan bebas nilai. Nilai ikut mempengaruhi perkembangan
ilmu pengetahuan. Ketika ilmu pengetahuan dikembangkan tanpa mempertimbangkan
nilai maka alam dan realitas kehidupan akan memberi reaksi yang merugikan bagi
manusia. Kedua, manusia tidak dilihat
sebagai terpisah dari dan berada di alam. Manusia tidak dilihat sebagai
penguasa alam. Manusia adalah bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari
dan menyatu dengan alam. Ketiga,
aspek – aspek kualitatif semacam pertimbangan mengenai nilai, aspek budaya,
estetis, sosial, manusiawi ikut berpengaruh menentukan arah kebijakan yang akan
diambil. Pendekatan tidak hanya akan mempertimbangan aspek dan manfaat ekonomis
tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan.
3.
Kontradiksi Ilmu Pengetahuan
Kontradiksi yang ingin
diperlihatkan disini, Pertama, otonomi
ilmu pengetahuan tanggung jawab moral melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menghancurkan diri sendiri. Kedua,
otonomi dimaksudkan untuk menjamin obyektivitas kebenaran ilmiah. Dalam
kaitannya dengan itu, satu – satunya nilai paling tinggi yang dikejar dan
dipegang teguholeh ilmuwan adalah kebenaran dan kejujuran. Kebenaran dan
kejujuran itulah otonomi ilmiah harus dijamin dan tidak boleh dilanggar.
Kebenaran dan kejujuran menjadi etos utama ilmuwan. Ketiga, ilmu pengetahuan mengklaim otonomi dan karena itu bebas
nilai. Akan tetapi pengetahuan modern kenyataan yang sangat kontradiktif. Ilmu
pengetahuan semakin dikuasai oleh ekonomi dan politik. Keempat, dengan tunduk dan dikuasai oleh kepentingan ekonomi dan
politik, si ilmuwan, yang begitu mengagungkan kemampuan akal budi, kemampuan
intelektual, telah direndahkan harkat dan martabatnya sebagai mahkluk ekonomis.
4.
Amdal dalam Perspektif Holistik
Demi kepentingan
lingkungan hidup, posisi yang ditawarkan disini adalah kita harus lebih memilih
paradigma holistik ekologis bukannya paradigma Cartesian yang mekanistis –
reduksionistis. Hal – hal yang mendapat perhatian serius antara lain, Pertama, menjamin agar studi Amdal harus
benar – benar sebuah studi yang lengkap dan komprehensif, aspek yang dikaji
bukan hanya aspek teknis – fisik – material belaka. Yang perlu dikaji adalah
aspek sosial, moral, budaya (nilai), estetis dan spiritual.
Kedua, perlu dihindari kecenderungan untuk memusatkan
perhatian pada kemampuan teknis dari disiplin sendiri. Harus ada keterbukaan
untuk melihat realitas dan masalah lingkungan hidup dari sudut pandang dan
disiplin yang lain. Ketiga, kecenderungan
untuk melihat isu lingkungan sebagai hanya isu teknis perlu ditinggalkan. Isu
lingkungan hidup juga isu sosial, moral dan politik. Kesalah melihat isu teknis
menyebabkan dalam praktik, pertanyaan yang diajukan dalam malakukan Amdal
hanyalah hal – hal yang berkaitan dengan teknis.
0 komentar:
Posting Komentar