Subscribe:

Labels

Senin, 11 Juni 2012

Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan Hidup


alam kaitannya dengan kesalahan cara pandang manusia tentang dirinya, alam dan hubungan manusia dengan alam, salah satu aspek penting dari kesalahan cara pandang tersebut yang sangat berpengaruh terhadap krisis ekologi sekarang ini adalah cara pandang atau paradigma ilmu pengetahuan modern. Cara pandang tersebut memperkuat dominasi manusia atas alam, karena alam hanya dilihat sebagai objek untuk dikaji, dianalisis, dimanipulasi, dan direkayasa dan eksploitasi manusia. Cara pandang ini tidak akan mewujudkan sikap dan perilaku ramah lingkungan.

1.      Pendekatan Mekanistis – Reduksionistis
Cara pandang ilmu pengetahuan dan teknologi modern ini pada dasarnya sekular, mekanistis dan reduksionistis. Sekular karena ilmu pengetahuan tidak lagi didasarkan pada prinsip – prinsip apriori yang diterima benar dengan sendirinya, tapi didasarkan pada pengamatan panca indera dan metode induksi. Mekanistis dikarenakan semua alam semesta dan manusia, terutama dilihat secara mekanistis sebagai suatu mesin yang secara mekanistis dapat dianalisis.
Paradigma ilmu pengetahun modern ini bertumpu pada logika Cartesian yang memisahkan secara tegas antara jiwa dan tubuh, subjek dan objek, roh dan materi, fakta dan nilai. Hal ini merupakan kekuatan utama yang menetukan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan modern hingga sekarang. Pembedaan in wajar dan baik. Yang menjadi masalah adalah logika dominasi yang ada di balik dan sangat menentukan cara pandang ilmu pengetahuan modern ini.
Ada beberapa kelemahan dan persoalan serius pada cara pandang ini,termasuk juga kaitannya dengan lingkungan hidup. Pertama, etika tidak mendapat tempat dalam keseluruhan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Yang dipentikan adalah fakta, karena nilai bukan fakta empiris melainkan tuntunan normatif, dan etika yang berurusan dengan nilai dianggap tidak ilmiah. Kedua, kalaupun pemanfaatan hasil – hasil ilmu pengetahuan mendapat perhatian, yang sangat dipentingkan oleh ilmu pengetahuan modern adalah nilai – nilai instrumental yang dikaitkan dengan kegunaan. Yang sangat disayangkan disini adalah nilai dan kegunaan ekonomis, material dan kuantitatif. Manfaat ilmu dan teknologi pun direduksi kepada sekedar manfaat ekonomis – material. Ketiga, yang diutamakan adalah kuantitatif bukan kualitatif. Bersamaan dengan itu, yang diutamakan adalah ilmu – ilmu keras yang menonjolkan dan mampu menyodorkan data dan fakta kuantitatif empiris. Maka, ilmu sosial apalagi yang menyoroti aspek moral manusiawi dan etika human, diremehkan sebagai bukan ilmu pengetahuan. Keempat, karena etika tidak mendapat tempat dalam ilmu pengetahuan, kecenderungan dasar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern. 

2.      Pendekatan Holistik
Menyadari kelemahan – kelemahan paradigma mekanistis – reduksionistis, muncul sebuah paradigma ilmu pengetahuan yang holistikdan sistematik. Dalam kaitannya dengan lingkungan hidup, bisa disebut juga sebagai paradigma atau pendekatan ekologis. Terdapat interaksi antara subjek dan objek. Manusia dan alam tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sinergi sistemik. Alam dipahami terdiri dari keseluruhan yang terkait satu sama lain, yang jauh lebih besar dari jumlah – jumlah bagiannya. Dunia tidak dilihat sebagai suatu duia yang mekanistis, melainkan suatu dunia yang dicirikan oleh relasi yang organis, dinamis dan kompleks. Semua fenomena tidak dilihat sebagai relasi sebab akibat namun dilihat sebagai suatu jaringan yang kompleks. Lebih menitikberatkan pada aspek kualitatif dan yang menjadi titik perhatian adalah realitas fisik dan metafisik. Nilai –nilai instrumental dan intrinsik terintegrasidalam nilai – nilai yang sistemik.
Pendekatan holistik ini mempunyai dampak yang sangat positif bagi lingkungan hidup. Pertama, pendekatan holistik tidak menerima bahwa pengetahuan bebas nilai. Nilai ikut mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan. Ketika ilmu pengetahuan dikembangkan tanpa mempertimbangkan nilai maka alam dan realitas kehidupan akan memberi reaksi yang merugikan bagi manusia. Kedua, manusia tidak dilihat sebagai terpisah dari dan berada di alam. Manusia tidak dilihat sebagai penguasa alam. Manusia adalah bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari dan menyatu dengan alam. Ketiga, aspek – aspek kualitatif semacam pertimbangan mengenai nilai, aspek budaya, estetis, sosial, manusiawi ikut berpengaruh menentukan arah kebijakan yang akan diambil. Pendekatan tidak hanya akan mempertimbangan aspek dan manfaat ekonomis tetapi juga memperhatikan aspek lingkungan.

3.      Kontradiksi Ilmu Pengetahuan
Kontradiksi yang ingin diperlihatkan disini, Pertama, otonomi ilmu pengetahuan tanggung jawab moral melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghancurkan diri sendiri. Kedua, otonomi dimaksudkan untuk menjamin obyektivitas kebenaran ilmiah. Dalam kaitannya dengan itu, satu – satunya nilai paling tinggi yang dikejar dan dipegang teguholeh ilmuwan adalah kebenaran dan kejujuran. Kebenaran dan kejujuran itulah otonomi ilmiah harus dijamin dan tidak boleh dilanggar. Kebenaran dan kejujuran menjadi etos utama ilmuwan. Ketiga, ilmu pengetahuan mengklaim otonomi dan karena itu bebas nilai. Akan tetapi pengetahuan modern kenyataan yang sangat kontradiktif. Ilmu pengetahuan semakin dikuasai oleh ekonomi dan politik. Keempat, dengan tunduk dan dikuasai oleh kepentingan ekonomi dan politik, si ilmuwan, yang begitu mengagungkan kemampuan akal budi, kemampuan intelektual, telah direndahkan harkat dan martabatnya sebagai mahkluk ekonomis.

4.      Amdal dalam Perspektif Holistik
Demi kepentingan lingkungan hidup, posisi yang ditawarkan disini adalah kita harus lebih memilih paradigma holistik ekologis bukannya paradigma Cartesian yang mekanistis – reduksionistis. Hal – hal yang mendapat perhatian serius antara lain, Pertama, menjamin agar studi Amdal harus benar – benar sebuah studi yang lengkap dan komprehensif, aspek yang dikaji bukan hanya aspek teknis – fisik – material belaka. Yang perlu dikaji adalah aspek sosial, moral, budaya (nilai), estetis dan spiritual.
Kedua, perlu dihindari kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada kemampuan teknis dari disiplin sendiri. Harus ada keterbukaan untuk melihat realitas dan masalah lingkungan hidup dari sudut pandang dan disiplin yang lain. Ketiga, kecenderungan untuk melihat isu lingkungan sebagai hanya isu teknis perlu ditinggalkan. Isu lingkungan hidup juga isu sosial, moral dan politik. Kesalah melihat isu teknis menyebabkan dalam praktik, pertanyaan yang diajukan dalam malakukan Amdal hanyalah hal – hal yang berkaitan dengan teknis.

0 komentar:

Posting Komentar