BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah pedesaan pada hakikatnya merupakan sumber kebutuhan pokok rakyat Indonesia. Tetapi perkembangan desa itu sendiri banyak bergantung pada keadaan dan tersedianya sumber didesa itu sendiri. Sumber yang ada didesa pada umumnya tersedia antara lain: tanah, tetumbuhan, hewan, air, angin, sinar matahari. Segala sumber itu juga harus diolah lagi yang bergantung pula pada faktor-faktor sebagai berikut: letak geografis daerah pedesaan, situasi dan kondisi serta pertumbuhan kehidupan sosial budaya masyarakat jumlah penduduk dan penyediaan tenaga kerja, pendidikan rata-rata penduduk, keadaan prasarana produksi, keterampilan dan mobilitas masyarakat, di samping sikap dan kesediaan masyarakat untuk menerima ide-ide pembangunan itu sendiri. Interaksi antara sumber dan faktor-faktor yang tersebut di atas akan menentukan corak dan wajah dari suatu desa, namun terlepas dari semua yang tersebut di atas.
Gambaran desa sebagai tempat yang elok, permai, dan penuh dengan kedamaian adalah sebagian dari potret tentang suasana desa yang indah tersebut. Untuk sebagian orang, gambaran itu bisa jadi ada benarnya. Tetapi untuk sebagian lainnya, bisa jadi sudah mulai pudar dan bahkan hilang. Salah satu sebabnya, karena desa tidak lagi dianggap sebagai tempat tinggal yang elok dan permai. Desa tergerus oleh kemajuan-kemajuan modernisasi perkotaan. Negara Indonesia termasuk negara agraris. Itu berarti negara ini sebagian besar rakyatnya mengandalkan pertanian sebagai sumber mara pencahariannya. Dahulu, hasil pertanian menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Hal sebaliknya terjadi saat ini. Hasil-hasil pertanian dihargai dengan harga rendah. Sehingga kesejahteraan petani Indonesia hanya stagnan tidak pernah bertambah, justru cenderung berkurang. Banyak lahan-lahan pertanian yang berkonversi mnjadi perumahan. Petani-petani saat ini banyak yang tidak mempunyai lahan, hanya menyewa lahan pada yang mempunyai lahan saja. Hal ini diperparah dengan tidak ada kebijakan-kebijakan yang berpihakmpada petani-petani. Belum lagi kebutuhan hidup yang meningkat, harga pupuk, bibit serta peralatan bertani yang mahal yang mungkin tidak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan dari hasil bertani.
Namun, banyak juga desa-desa yang warganya enggan beralih dari mata pencaharian sebagai petani. Dengan segala keterbatasan para petani berjuang untuk tetap menghidupi keluarganya. Banyak juga yang percaya bahwa menjadi ptani adalah sebuah tradisi yang harus dijaga. Di masa modern saat ini sebenarnya cukup banyak teknologi-teknologi baru yang muncul untuk meningkatkan produksi dan hasil pertanian.Pertanian seharusnya menjadi masalah yang harus diperhatikan secara serius agar bangsa ini bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri tanpa harus mengimpor ari negara lain. Perlu juga diperhatikan kesejahteraan dari petani itu sendiri karena selama ini petani sebagai produsen selalu dirugikan, justru tengkulak dan berbagai pihak di atasnya menikmati hasil-hasil yang seharusnya menjadi hak petani juga. Selain itu kebijakan pemerintah juga harus berpihak pada petani jangan hanya berpihak pada pengusaha saja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
”Bagaimanakah problema yang dialami oleh masyarakat Desa Nangsri yang bermata pencaharian sebagai seorang petani?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik serta berbagai fenomena sosiologis di Desa Nangsri. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Pada tahap pertama digunakan untuk mengidentifikasi wilayah pedesaan yang ada di Desa Nangsri, Kebakkramat.
2. Pada tahap kedua dan ketiga digunakan untuk mencari tahu bagaimana problema pedesaan yang ada di Desa Nangsri, Kebakkramat tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Secara praktis diharapkan agar Pemerintah bisa lebih mengapresiasi keberadaan masyarakat desa khususnya yang bermata pencaharian sebagai petani dengan memberikan bantuan yang bisa digunakan untuk memajukan pertanian Indonesia.
2. Secara teoritis sebagai tambahan referensi bagi akademisi dan seluruh masyarakat agar dapat belajar dari hasil penelitian ini sehingga bisa membantu dan memecahkan masalah-masalah pedesaan yang terjadi.
E. Sistematika Penulisan
BAB I
Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan Pustaka yang memuat tentang konsep dan landasan teori yang dipakai.
BAB III
Metode Penelitian yang memuat tentang waktu penelitian, jenis penelitian, populasi sampel, dan teknik pengumpulan data.
BAB IV
Hasil Penelitian yang mengandung uraian tentang diskripsi data.
BAB V
Kesimpulan yang berisi di mana sebagai jawaban atas rumusan masalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.I. Konsep
A.I.1. Problema
Definisi problema ialah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Menurut Soerjono Soekanto masalah adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
A.I.2. Desa
1. Menurut Finch
Desa adalah suatu tempat tinggal yang peruntukannya tidak diutamakan sebagai bisnis. Desa terdiri para petani yang mempunyai hubungan sosial yang akrab dan dipimpin oleh seorang kepala desa.
2. William
Desa adalah sejumlah organisasi kehidupan sosial dengan suatu daerah atau wilayah terbatas.
3. Brunner
Desa adalah sebuah populasi yang jumlah penduduknya antara 250 sampai 2500 orang.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten atau kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Secara sederhana desa dapat dipahami berdasarkan karakteristiknya yang berbeda dengan kawasan perkotaan.Widjaja (2003:3) mendefinisikan desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Pendefinisian tersebut didasarkan pada penterjemahan makna desa dalam UU No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Sedangkan dalam UU No 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Desa, desa diterjemahkan sebagai kesatuan wilayah yang dipimpin oleh seorang kepala desa yang diusulkan oleh camat atas persetujuan bupati.
A.I.3. Nangsri
Menurut sejarahnya, nama desa Nangsri berasal dari kata ”Wenang” dan ”Asri”. Kata Wenang berarti wewenang atau kekuasaan. Sedangkan kata Asri berarti indah. Sehingga apabila kedua kata tersebut digabungkan, maka secara umum akan mengandung arti kekuasaan yang dipercayakan masyarakat kepada para perangkat desa agar tidak disalahgunakan. Sehingga terciptalah desa yang mempunyai pemerintahan yang bersih dengan begitu warganya diharapkan dapat hidup makmur.
Desa Nangsri sendiri merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Kebakkramat, kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Luas Desa Nangsri sendiri adalah 2.520.000 Ha. Sedangkan batas-batas Desa Nangsri meliputi :
a) Sebelah utara : Desa Pulosari
b) Sebelah selatan : Kecamatan Jaten.
c) Sebelah barat : Kemiri
d) Sebelah timur : Macanan
Sedangkan untuk kondisi geografis Desa Nangsri meliputi :
a) Ketinggian tanah dari permukaan laut : 98 M
b) Topografi : dataran Rendah
Sedangkan orbitasi desa Nangsri meliputi :
a. Jarak dari ibukota kecamatan : 1 Km
b. Jarak dari ibukota kabupaten : 10 Km
c. Jarak dari ibukota propinsi : 120 Km
B.I. Landasan Teori
Teori struktural fungsional menjelaskan bagaimana berjalannya suatu sistem.Asumsi dasar dari teori struktural fungsional diantaranya yakni setiap masyarakat terdiri dari berbagai elemen yang terstruktur yang secara relatif mantap dan stabil.Dalam penelitian ini yakni tentang problema masyarakat desa Nangsri Kebakkramat,dapat diartikan bahwa desa terdiri dari beberapa elemen masyarakat serta menjalankan fungsi nya masing-masing.Elemen-elemen dari desa diantaranya pemerintahan daerah,warga,serta berbagai pihak lain yang terlibat.Setiap bagian tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan kewajiban masing-masing.
Elemen-elemen yang terstruktur tersebut terintegrasi dengan baik,artinya jaringan hubungan antara bagian satu dengan yang lain terpola sehingga tercipta sebuah masyarakat.Jaringan diantara elemen-elemen tersebut mencerminkan struktur elemen yang terintegrasi dengan baik.Artinya elemen yang membentuk struktur memiliki kaitan dan jalinan yang bersifat saling mendukung dan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain.Dalam penelitian didesa Nangsri Kebakkramat Karanganyar,elemen atau bagian dari desa seperti pemerintah,warga,dsb memiliki hubungan yang erat,saling mendukung dan saling bergantungan.Seorang pegawai pemerintahan akan bertugas di balai desa,petani akan mengolah padi di sawah,pedagang akan berjualan di pasar,serta banyak lagi lainya yang semuanya saling berhubungan dan saling mendukung sehingga setiap elemen tersebut terintegrasi dengan baik.
Setiap elemen dalam struktur memiliki fungsi yaitu memberikan sumbangan pada bertahan struktur itu sebagai sebuah sistem.Fungsi-fungi dari setiap elemen masyarakat akan memberikan kontribusi bagi kesinambungan kehidupan sistemnya.Di desa Nangsri Kebakkramat dapat sedikit kita uraikan fungsi-fungsi dalam masyarakat misalnya seorang PNS atau pegawai pemda akan bertugas atau berfungsi sebagai aparat birokrasi,yang memberikan layanan publik bagi masyarakat.Seorang tukang cuci atau pembantu rumah tangga akan menjalankan tugas mencuci baju dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.Seorang loper koran akan menjembatani masyarakat untuk memperoleh informasi terkini tentang yang terjadi hari ini,yang akan datang dan sebelumnya.Seorang petani akan menggarap sawah dan menghasilkan bahan pangan.Setiap elemen tersebut memberikan sumbangan bagi bertahannya struktur tersebut,dalam hal ini mendukung berjalannya sistem yang di sebut desa.
Setiap struktur yang fungsional dilandaskan pada suatu konsensus nilai diantara para anggotanya.Setiap bagian elemen desa merupakan elemen-elemen yang terstruktur yang dilandasi nilai diantara anggotanya.Konsensus nilai tersebut berasal baik dari kesepakatan yang telah ada dalam suatu masyarakat seperti kebiasaan,tata perilaku,dan sebagainya maupun kesepakatan baru yang di buat.
Namun tidak semua elemen dari masyarakat desa tersebut dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan benar.Tidak semua terhubung melalui sebuah jaringan yang terintegrasi dengan baik.Apabila ada salah satu atau beberapa elemen tersebut mengalami disfungsi sosial maka akan muncul problema yang pelu diatasi oleh semua elemen masyarakat desa.Perlu kerjasama antara bagian satu dengan bagian yang lain agar fungsi dari masyarakat berjalan kembali dengan baik serta dapat mewujudkan kesejahteraan dari masyarakat itu sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yaitu bagaimana secara berturut suatu penelitian dilakukan, yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan.
A. Waktu Penelitian
Penelitian Problema Pedesaan ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Kamis, 26 Mei 2011
Pukul : 09.00 – selesai
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Desa Nangsri, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Desa ini dipilih karena memiliki karekter petani yang khas dan masih memiliki wilayah persawahan yang luas. Luas desa Nangsri sendiri adalah 2.520.000 Ha. Sedangkan batas-batas Desa Nangsri meliputi :
- Sebelah utara : Desa Pulosari
- Sebelah selatan : Kecamatan Jaten
- Sebelah barat : Kemiri
- Sebelah timur : Macanan
Sedangkan untuk kondisi geografis Desa Nangsri meliputi :
c) Ketinggian tanah dari permukaan laut : 98 M
d) Topografi : dataran Rendah
Sedangkan orbitasi Desa Nangsri meliputi :
d. Jarak dari ibukota kecamatan : 1 Km
e. Jarak dari ibukota kabupaten : 10 Km
f. Jarak dari ibukota propinsi : 120 Km
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey/ wawancara, yang bertujuan memahami dan memaparkan tentang berbagai hal seperti pola kepemilikan tanah dan problema-problema yang ada di masyarakat yang berada di Desa Nangsri.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah:
a. Data Primer
Data yang peneliti peroleh dari wawancara masyarakat Desa Nangsri, Kebakkramat.
b. Data Sekunder
Data yang peneliti peroleh secara tidak langsung seperti literatur dari buku, arsip, dokumentasi yang berkenaan dengan penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi Langsung
Pengumpulan data dengan cara peneliti atau dalam hal ini penulis, terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengamati semua aktivitas jual beli para para petani yang bertempat di Desa Nangsri, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar.
2. Wawancara
Menurut Moleong, wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Pada dasarnya wawancara merupakan usaha menggali keterangan atau informasi dari orang lain. Dalam penelitian, wawancara dilakukan secara tidak terstruktur atau sering disebut sebagai teknik ”wawancara mendalam”. Karena peneliti merasa ”tidak tahu apa yang belum diketahuinya”. Dengan demikian wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat ”open-ended”, yang mengarah kepada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam.
Wawancara akan ditujukan kepada para petani yang bertempat di Desa Nangsri, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar. Teknik pengumpulan data melalui wawancara ini tidak dilakukan secara ketat dan terstruktur, tertutup dan formal, tetapi lebih menekankan pada suasana akrab dengan mengajukan pertanyaan terbuka.
3.Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pencatatan-pencatatan atau pengutipan dari dokumen yang ada dilokasi penelitian. Penelitian ini juga berfungsi untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan, khususnya sebagai teknik pengumpulan data.
F. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang diambil ialah para para petani yang bertempat di Desa Nangsri, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganya.
a. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah para petani yang bertempat di Desa Nangsri, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar. Dalam penelitian kualitatif sampel dapat mewakili populasi, sehingga berfungsi untuk menggali beragam informasi yang penting yang dibutuhkan peneliti di lapangan.
b. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yaitu dengan random sampling. Dalam pengambilan sampel pada teknik random sampling ini didasarkan atas berbagai pertimbangan tertentu. Dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan didalam pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Sutopo, 2002 : 56).
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Penelitian yang dilakukan di Desa Nangsri adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah pedesaan yang berkaitan dengan pertanian. Penelitian dilakukan dengan cara wawancara yang kepada pemilik tanah dan buruh tani.
1. Sukira (48 tahun)
Bapak Sukira berprofesi sebagai buruh tani sejak tahun 1975 (sekitar 36 tahun). Beliau mengungkapkan keadaan pertanian di Desa Nangsri Lor akhir-akhir ini mengalami beberapa kendala atau problem. Kendala yang paling utama yakni masalah kualitas bibit padi yang digunakan. Hampir semua buruh tani mengeluhkan hal ini. Cirinya muncul warna bercak kemerahan dan akar padi tidak tumbuh. Akibatnya padi yang sudah ditanam tadi akan mati dan tidak dapat dipanen. Problem ini muncul kurang lebih sekitar setengah tahun ini. Dari pemerintah belum ada solusi-solusi yang diberikan dan mereka terkesan acuh dengan kondisi pertanian di desa Nangsri. Pupuk yang dipergunakan para petani disini diantaranya pupuk dasar (berasal dari kotoran hewan) dan pupuk buatan seperti urea dan ZA. Pupuk berasal dari pemilik tanah sendiri bukan dari bantuan pemerintah.
Sistem pengairan di Desa Nangsri sangat baik. Saluran irigasi berasal dari daerah Tasikmadu. Terdapat beberapa sumur bor dibeberapa titik persawahan yang airnya digunakan sebagai sarana irigasi. Sarana infrastruktur yang ada disini sudah cukup baik. Subsidi pemerintah terhadap petani diantaranya adalah pembelian bantuan berupa pupuk-pupuk buatan. Namun para buruh petani menilai pupuk yang diberikan oleh pemerintah kualitasnya kurang baik, mereka lebih memilih menggunakan pupuk sendiri yakni pupuk dasar dan pupuk yang diberikan oleh pemilik tanah. Puluhan tahun bekerja sebagai buruh tani beliau mengungkapkan beberapa harapan terhadap pemerintah diantaranya pemerintah lebih memperhatikan nasib buruh tani karena penghasilan sebagai buruh tani tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari serta pemerintah secara intensif memantau kondisi petanian di Desa Nangsri, misalnya kondisi tanah yang akhir-akhir ini dirasa oleh para pertani kurang subur untuk digunakan menanam padi. Pemberian bantuan semisal pendistribusian pupuk harus transparan. Karena beberapa kasus bantuan yang diberikan oleh pemerintah tidak sampai ke sasaran.
Nama : Supardi (55 tahun)
Bapak Supardi telah berprofesi sebagai buruh tani sekitar 30 tahunan. Berdasarkan wawancara beliau mengungkapkan problem yang muncul terkait dengan bidang pertanian di Desa Nangsri, beliau mengungkapkan beberapa keluhan diantaranya bibit padi yang digunakan kualitasnya buruk, mengakibatan gagal panen serta beberapa program bantuan dari pemerintah tidak sampai kesasaran. Beberapa tahun menjadi buruh tani, akhir-akhir ini beberapa problem muncul diantaranya pupuk subsidi yang diberikan pemerintah kualitasnya kurang baik sehingga para buruh petani menggunakan pupuk sendiri.
Problem lain yakni penggunaan bibit padi yang kualitasnya kurang baik. Muncul warna bercak kemerahan pada padi atau bagian akar padi. Padi yang kemerahan tersebut mngakibatkan gagal panen. Akar padi tidak tumbuh dan padi menjadi kopong.
Sistem irigasi di Desa Nangsri sangat baik, sama yang diungkapkan oleh beberapa buruh tani lainnya. Air diperoleh dari dari daerah Tasikmadu serta beberapa sumur buatan warga sendiri. Untuk membantu meningkatkan kesejahteraan para petani di Desa Nangsri pemerintah memberlakukan beberapa kebijakan diantaranya adalah subsidi pupuk buatan. Beberapa jenis pupuk rencananya akan direaliasikan untuk membantu produksi pertanian di Desa Nangsri. Namun,menurut beliau sampai sekarang belum terlihat hasilnya karena beberapa pupuk yang disubsidikan oleh pemerintah dianggap kurang baik kualitasnya. Harapan para buruh tani tersebut diantaranya mengungkapkan keharusan peran pemerintah meningkatkan pengawasan terhadap perkembangan pertanian di desa Nangsri dengan merealisasikan beberapa program seperti penyuluhan tani serta pemerintah aktif dalam memperhatikan kesejahteraan para buruh tani pada umumnya karena penghasilan buruh tani yang kecil. Beberapa diantara para buruh tani tersebut masih memiliki penghasilan yang dibawah rata-rata sehingga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari tidak cukup.
2. Sukidi (60 tahun)
Bapak Sukidi berprofesi sebagai buruh tani selama kurang lebih 35 tahun. Selama bekerja sebagai buruh tani pada seorang pemilik tanah yang bernama Sumarno beliau mengungkapkan mendapatkan penghasilan rata-rata Rp.35.000,00 per hari. Berdasarkan penuturannya pada saya keadaan pertanian di Desa Nangsri cukup baik, bahkan akhir-akhir ini jarang terserang hama. Produksi pertanianpun cukup baik dan konsisten panen 3 kali setahun. Sistem irigasi sangat baik dan lancar, airnya berasal dari daerah Tasikmadu dan beberapa sumur dibangun oleh warga guna mencukupi kebutuhan air. Pak Sukidi mengungkapkan baiknya hasil panen yang diperoleh tidak lepas dari pupuk yang digunakan diantaranya pupuk dasar dari kotoran hewan dan pupuk buatan seperti urea dan ZA. Beberapa tahun menjadi buruh tani, akhir-akhir ini beberapa problem muncul diantaranya pupuk subsidi yang diberikan pemerintah kualitasnya kurang baik sehingga para buruh petani menggunakan pupuk sendiri. Problem lain yakni penggunaan bibit padi yang kualitasnya kurang baik. Muncul warna bercak kemerahan pada padi atau pada bagian akar padi. Padi yang kemerahan tersebut mngakibatkan gagal panen. Akar padi tidak tumbuh dan padi menjadi kopong atau tidak berisi.Selama ini beliau mengatakan belum ada solusi yang ditemukan untuk mencegahnya. Apabila ada padi yang terindikasi mengalami gejala seperti itu, maka langsung dicabuti dan diganti dengan memecah padi disekitarnya lalu di belah menjadi 2. Padi yang satu ditanam ditempat semula kemudian padi yang yang lain ditanam ditempat padi yang rusak tadi.
Selama menjadi buruh tani beberapa harapan yang ingin beliau sampaikan diantaranya beliau menginginkan peran serta pemerintah yang lebih aktif lagi dalam memperhatikan kemajuan pertanian di Desa Nangsri, memperhatikan nasib para buruh tani yang memiliki pendapatan yang pas-pasan. Beliau juga menginginkan agar pemerintah merealisasikan program-program yang selama ini belum dapat diwujudkan.
3. Widyastuti (56 tahun)
Menurut keterangan Ibu Widyasruti, yang notabene adalah sebagai pemilik tanah. Kondisi pertanian di Desa Nangsri saat ini sedang mengalami penurunan dibandingkan musim-musim sebelumnya. Dikarenakan adanya wabah penyakit yang menyerang tanaman padi milik mereka. Lahan pertanian didesa ini kebanyakan diolah dengan tenaga kerja orang lain yang biasa disebut buruh. Khususnya untuk lahan sawah milik responden ini mempekerjakan sejumlah 14 orang untuk menggarap lahan pertaniannya. Pembagian upah dilakukan dengan cara membayar langsung tiap harinya atau harian. Untuk wanita biberi upah sebesar Rp. 25.000,00/ hari sedangkan untuk laki-laki diberi upah sebesar Rp. 30.000,00/ hari.
Untuk permasalahan yang terkait dengan infrastruktur, didesa ini yang menjadi kendala ialah perihal irigasi. Sawah-sawah ini mendapatkan air dari sungai yang juga melewati areal persawahan dindesa ini. Sumber airnya berasal dari daerah Tasikmadu. Pergantian musim yang terjadi biasanya tidak mempengaruhi hasil panen. Namun mempengaruhi biaya dalam pengolahan lahan pertanian. Seperti halnya ketika musim kemarau petani harus merogoh kocek lebih dalam lagi hanya untuk mendapatkan air untuk pengairan lahan sawahnya dengan cara menyewa mesin pompa air.
Untuk perihal pemasaran hasil pertanian sejauh ini tidak mengalami kendala. Karena untuk pemasaran, para tengkulak akan langsung menghampiri para petani dan membeli dengan cara sistem tebas. Yaitu membeli padi / hasil pertanian dengan cara memanen sendiri padi atau hasil pertanian yang dibeli tersebut.
Wagiyo (78 tahun)
Bapak Wagiyo menjalani profesi sebagai buruh sejak muda. Profesi ini turun-temurun dari orang tuanya. Untuk serangan hama, saat ini lahan pertanian disini diserang hama penyakit Sundep. Yaitu penyakit yang menyebabkan tanaman padi menjadi kerdil atau tidak bisa bertumbuh besar dan jika sedah tua maka tidak akan menghasilkan bulir padi. Penyakit ini menyerang akara tanaman padi. Akar tanaman padi yang di serang akan berbuah warna menjadi merah, dan daunnya pun akan berubah menjadi kemerahan.
Cara mengatasinya dengan menaburkan gamping disaat sebelum akan memulai menanam tanaman padi. Namun cara ini masih tidak efektif karena sejumlah tanaman padi masih saja terserang penyakit. Selain itu juga ada hama wereng dan hama keong. Untuk mengatasi hama wereng dilakukan penyemprotan insektisida pada tanaman padi, sedangkan untuk hama keong diatasi dengan cara membersihkan lahan pertanian dari keong secara manual. Masalah yang muncul saat menjalani profesi ini (buruh tani), sejauh ini tidak ada. Karena kerjasama antara pemilik tanah dengan buruh tani selama ini baik-baik saja.
Selama ini para petani disini mendapatkan subsidi dari pemerintah berupa pupuk urea bersubsidi. Untuk kebijakan pemerintah yang belum terealisasi dengan baik ialah mengenai pemberantasan hama penyakit Sundep. Sebenarnya pemerintah sudah membantu pemberantasan hama penyakit ini, namun sampai saat ini belum benar-benar berhasil dengan baik. Karena sejumlah tanaman padi masih saja terserang penyakit. Harapan informan ini untuk pemerintah ialah sebagaimana yang sudah disinggung diatas tadi, yaitu mengenai pemberantasan hama penyakit Sundep sebaiknya pemerintah lebih gencar lagi untuk menemukan cara apakah yang paling efektif dalam memberantas hama penyakit ini.
4. Diyono (60 tahun)
Kondisi pertanian disini sedang tidak baik. Jikalau turun hujan menyebabkan banyak hama yang menyerang padi. Lahan ini dikerjakan oleh Bapak Diyono sendiri dan terkadang menggunakan tenaga buruh. Profesi sebagai petani yang dilakoni olehnya merupakan profesi sampingan, sebab beliau juga mengerjakan proyek, mengurusi mebel, dan ternak sapi. Untuk besarnya upah buruh sekitar Rp 30.000,00/ hari ditambah makan dan snack.
Dalam hal pengairan ke sawah menggunakan air tadahan, memompa air dari sumur, dan terkadang dari sungai yang sumber airnya dari pabrik gula Tasikmadu. Faktor alam sangat mempengaruhi hasil panen. Untuk saat ini cenderung stabil, tetapi dulu pernah sampai 50 % mengalami gagal panen. Seperti yang dikeluhkan oleh petani yang lain, sawah disini juga terserang hama. Hama yang menyerang wereng dan walang. Usaha dalam mengatasi menggunakan insektisida. Selama ini Bapak Diyono mengaku hanya 1X mendapatkan subsidi pupuk dari pemerintah.
Untuk memasarkan panennya sendiri, tidak ada kendala dalam hal tersebut. Biasanya tengkulak langsung datang ke sawah kalau sudah waktunya panen. Harapan Bapak Diyono terhadap pemerintah yaitu menyediakan subsidi pupuk lagi dalam jumlah yang banyak, sebab subsidi pupuk akan sangat membantu.
5. Parmin (46 tahun)
Sebagai pemilik tanah Bapak Parmin juga merasakan hal yang sama, kondisi pertanian di Desa Nangsri saat ini sedang mengalami penurunan dibandingkan musim-musim sebelumnya. Banyak wabah penyakit yang menyerang tanaman padi milik mereka. Wabah penyakit yang menyerang padi, pada umumnya berwarna merah-merah yang ada diakar padi. Untuk mengatasinya biasanya dengan menyemprot dengan pestisida dan rutin memupuk dengan pupuk UREA, ZA, maupun pupuk KCl. Lahan pertanian di desa ini kebanyakan diolah dengan tenaga kerja orang lain yang biasa disebut buruh.
Bapak Parmin mengerjakan sawahnya sendiri dan menggunakan tenaga buruh juga. Biasanya Bapak Parmin memberi upah pada para buruh tani Rp 35.000,00/ hari ditambah lagi makan dan rokok untuk buruh tersebut. Sejalan dengan Bapak Diyono, profesi yang dilakoninya ini adalah profesi sampingan. Beliau menambahkan, kalau hanya mengandalkan dari sawah ini, tidak akan cukup untuk membiayai anak untuk sekolah sampai ke perguruan tinggi. Beliau sendiri mengaku tidak bangga menjadi petani dan berharap anak-anaknya tidak mengikuti jejaknya.
Untuk permasalahan yang terkait dengan infrastruktur, di desa ini yang menjadi kendala ialah perihal irigasi. Sawah-sawah ini mendapatkan air dari sungai yang juga melewati areal persawahan didesa ini. Sumber airnya berasal dari daerah Tasikmadu. Pergantian musim yang terjadi biasanya sangat mempengaruhi hasil panen. Seperti halnya ketika musim kemarau petani harus merogoh kocek lebih dalam lagi hanya untuk mendapatkan air untuk pengairan lahan sawahnya dengan cara menyewa mesin pompa air.
Dalam hal pemasaran hasil pertanian sejauh ini tidak mengalami kendala. Karena untuk pemasaran biasanya para tengkulak akan langsung menghampiri para petani dan membeli dengan cara sistem tebas. Tebas adalah membeli padi atau hasil pertanian dengan cara memanen sendiri padi atau hasil pertanian yang dibeli tersebut. Ketika disinggung harapannya pada pemerintah, beliau mengatakan supaya pupuk KCl diproduksi lagi sebab terkadang beliau susah untuk mendapatkannya.
B. Pembahasan
Desa Nangsri merupakan desa pertanian, pengrajin dan desa industri. Tetapi pada dasarnya, desa ini merupakan desa yang berbasis agraris. Pada zaman dulu, Desa Nangsri merupakan desa yang kaya akan lahan pertanian. Namun sekarang sebagian besar lahan pertanian beralih fungsi menjadi perumahan, dan pabrik-pabrik. Hal tersebut disebabkan karena banyak penduduk desa yang menjual sawah mereka pada pihak swasta untuk pembangunan pabrik dan lain sebagainya. Dengan iming-iming dengan harga yang tinggi, maka penduduk desa pun dengan mudah rela untuk menjual sawah mereka. Kini mayoritas penduduk sudah beralih profesi menjadi buruh pabrik, pedagang sayur keliling, pengrajin genteng, batu bata, mebel, dan kuli bangunan dan lain sebagainya. Mereka tidak merasa bangga dengan profesinya sebagai petani.
Kendala yang paling utama yakni masalah kualitas bibit padi yang digunakan. Hampir semua buruh tani mengeluhkan hal ini. Cirinya muncul warna bercak kemerahan dan akar padi tidak tumbuh. Akibatnya padi yang sudah ditanam tadi akan mati dan tidak dapat dipanen. Problem ini muncul kurang lebih sekitar setengah tahun ini. Dari pemerintah belum ada solusi-solusi yang diberikan dan mereka terkesan acuh dengan kondisi pertanian di Desa Nangsri. Pupuk yang dipergunakan para petani disini diantaranya pupuk dasar (berasal dari kotoran hewan) dan pupuk buatan seperti urea dan ZA. Pupuk berasal dari pemilik tanah sendiri bukan dari bantuan pemerintah. Subsidi pemerintah terhadap petani diantaranya adalah pembelian bantuan berupa pupuk-pupuk buatan. Namun para buruh petani menilai pupuk yang diberikan oleh pemerintah kualitasnya kurang baik dan mereka lebih memilih menggunakan pupuk sendiri yakni pupuk dasar dan pupuk yang diberikan oleh pemilik tanah.
Masalah-masalah yang muncul adalah :
a. Serangan hama, saat ini lahan pertanian disini diserang hama penyakit Sundep. Yaitu penyakit yang menyebabkan tanaman padi menjadi kerdil atau tidak bisa bertumbuh besar dan jika sedah tua maka tidak akan menghasilkan bulir padi. Penyakit ini menyerang akara tanaman padi. Akar tanaman padi yang di serang akan berbuah warna menjadi merah, dan daunnya pun akan berubah menjadi kemerahan.
b. Keluhan diantaranya bibit padi yang digunakan kualitasnya buruk, mengakibatan gagal panen serta beberapa program bantuan dari pemerintah tidak sampai kesasaran.
c. Hama yang menyerang wereng dan walang.
d. Pupuk subsidi yang diberikan pemerintah kualitasnya kurang baik sehingga para buruh petani menggunakan pupuk sendiri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil pertanian dahulu menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Hal sebaliknya terjadi saat ini. Hasil-hasil pertanian dihargai dengan harga rendah. Sehingga kesejahteraan petani Indonesia hanya stagnan tidak pernah bertambah, justru cenderung berkurang. Banyak lahan-lahan pertanian yang berkonversi menjadi perumahan. Petani-petani saat ini banyak yang tidak mempunyai lahan, hanya menyewa lahan pada yang mempunyai lahan saja. Hal ini diperparah dengan tidak ada kebijakan-kebijakan yang berpihak pada petani-petani. Belum lagi kebutuhan hidup yang meningkat, harga pupuk, bibit serta peralatan bertani yang mahal yang mungkin tidak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan dari hasil bertani.
Problema lain yakni penggunaan bibit padi yang kualitasnya kurang baik. Muncul warna bercak kemerahan pada padi atau bagian akar padi. Padi yang kemerahan tersebut mngakibatkan gagal panen. Sejauh ini belum ada kepedulian dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah akan permasalahan ini. Subsidi yang diberikan oleh pemerintah agaknya tidak tepat sasaran. Kalaupun ada subsidi pupuk, pupuknya sendiri mempunyai kualitas yang rendah.
B. Saran
Menyadari pentingnya desa dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, maka perlu diupayakan pemberdayaan pada para petani yang ada. Modernisasi dalam hal pemakaian teknologi, seperti mesin-mesin pertanian, berbagai jenis pupuk akan sangat membantu pada para petani.
Harus ada upaya untuk:
1. Menghilangkan image pada masyarakat, bahwa profesi sebagai petani adalah profesi yang rendahan. Padahal tanpa disadari profesi petani adalah profesi yang mulia, agar ada regenerasi pada profesi ini.
2. Menghadapi kendala yang yang sedang dialami, seperti munculnya warna bercak kemerahan yang mengakibatkan akar padi tidak tumbuh. Hendaknya petani berani untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. Agar masalah yang dihadapi ini bisa diselesaikan oleh dinas pertanian yang ada.
3. Pemerintah Daerah harus lebih memperdulikan nasib para petani yang ada di Desa Nangsri.
DAFTAR PUSTAKA
Bahreint T.Sugihen.1997.Sosiologi Pedesaan.Jakarta: Rajawali Pers.
George Ritzer dan Douglas J.Goodman.2010.Teori Sosiologi.Bantul: Kreasi Wacana.
http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2020002-pengertian-masalah/problema#ixzz1OgK6J, diakses tanggal 2 Mei 2011
Moleong, Lexy J.2002.Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar, Teori, dan Terapannya dalam Penelitian.Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Senin, 13 Juni 2011
Penelitian tentang Problema Pertanian Desa Nangsri Kebakkramat Karanganyar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar