Subscribe:

Labels

Rabu, 23 Maret 2011

Homoseksual,Lesbian,Guys,Biseksual dan Transgender




I.Pengertian Homoseksual,Lesbian,Guys,Biseksual,dan Transgender.
Homoseksual adalah istilah dimana seorang lelaki yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama lelaki atau disebut juga leki-leki yang mencintai laiki-laki baik secara fisik emosionla dan spiritula.Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan atau disebut juga perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional atau secara spiritual. Lesbian adalah seorang yang penuh kasih.Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang melakukan, merasa, berpikir atau terlihat berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat mereka lahir.Transgender tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari orientasi seksual orangnya. Orang-orang transgender dapat saja mengidentifikasikan dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual, panseksual, poliseksual, atau aseksual. Definisi yang tepat untuk transgender tetap mengalir, namun mencakup:
·         Tentang, berkaitan dengan, atau menetapkan seseorang yang identitasnya tidak sesuai dengan pengertian yang konvensional tentang gender laki-laki atau perempuan, melainkan menggabungkan atau bergerak di antara keduanya.
·         Orang yang ditetapkan gendernya, biasanya pada saat kelahirannya dan didasarkan pada alat kelaminnya, tetapi yang merasa bahwa deksripsi ini salah atau tidak sempurna bagi dirinya.
·         Non-identifikasi dengan, atau non-representasi sebagai, gender yang diberikan kepada dirinya pada saat kelahirannya.
Biseksual adalah perilaku atau orientasi seksual seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, yang tertarik secara seksual dan erotik pada dua jenis kelamin.
Berikut adalah tingkatan orientasi seksual berdasarkan skala Kinsey :
Orientasi Seksual Keterangan
Keterangan
Heteroseksual eksklusif
-
Heteroseksual predominan
Homoseksualnya cuma kadang-kadang
Heteroseksual predominan
Homoseksualnya lebih jarang-jarang
Heteroseksual dan homoseksual
Seimbang (biseksual)
Homoseksual predominan
Heteroseksualnya lebih dari kadang-kadang
Homoseksual predominan
Heteroseksualnya cuma kadang-kadang
Homoseksual eksklusif
-





II.Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Homoseksual.
·         Susunan Kromosom
Perbedaan homoseksual dan heteroseksual dapat dilihat dari susunan kromosomnya yang berbeda. Seorang wanita akan mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom x dari ayah. Sedangkan pada pria mendapatkan satu kromosom x dari ibu dan satu kromosom y dari ayah. Kromosom y adalah penentu seks pria.
Jika terdapat kromosom y, sebanyak apapun kromosom x, dia tetap berkelamin pria. Seperti yang terjadi pada pria penderita sindrom Klinefelter yang memiliki tiga kromosom seks yaitu xxy. Dan hal ini dapat terjadi pada 1 diantara 700 kelahiran bayi. Misalnya pada pria yang mempunyai kromosom 48xxy. Orang tersebut tetap berjenis kelamin pria, namun pada pria tersebut mengalami kelainan pada alat kelaminnya.
·         Ketidakseimbangan Hormon.
Seorang pria memiliki hormon testoteron, tetapi juga mempunyai hormon yang dimiliki oleh wanita yaitu estrogen dan progesteron. Namun kadar hormon wanita ini sangat sedikit. Tetapi bila seorang pria mempunyai kadar hormon esterogen dan progesteron yang cukup tinggi pada tubuhnya, maka hal inilah yang menyebabkan perkembangan seksual seorang pria mendekati karakteristik wanita.
·         Struktur Otak
Struktur otak pada straight females dan straight males serta gay females dan gay males terdapat perbedaan. Otak bagian kiri dan kanan dari straight males sangat jelas terpisah dengan membran yang cukup tebal dan tegas. Straight females, otak antara bagian kiri dan kanan tidak begitu tegas dan tebal. Dan pada gay males, struktur otaknya sama dengan straight females, serta pada gay females struktur otaknya sama dengan straight males, dan gay females ini biasa disebut lesbian.
·         Kelainan susunan syaraf
Berdasarkan hasil penelitian terakhir, diketahui bahwa kelainan susunan syaraf otak dapat mempengaruhi prilaku seks heteroseksual maupun homoseksual. Kelainan susunan syaraf otak ini disebabkan oleh radang atau patah tulang dasar tengkorak.
·         Faktor lain
Faktor lain yang dapat menyebabkan orang menjadi homoseksual, sebagaimana diungkapkan oleh Prof. DR. Wimpie Pangkahila (Pakar Andrologi dan Seksologi) selain faktor biologis (kelainan otak dan genetik), adalah faktor psikodinamik, yaitu adanya ganguan perkembangan psikseksual pada masa anak-anak, faktor sosiokultural, yaitu adanya adat-istiadat yang memberlakukan hubungan homoseksual dengan alasan yang tidak benar, dan terakhir adalah faktor lingkungan, dimana memungkinkan dan mendorong hubungan para pelaku homoseksual menjadi erat.
Dari keempat faktor tersebut, penderita homoseksual yang disebabkan oleh faktor biologis dan psikodinamik memungkinkan untuk tidak dapat disembuhkan menjadi heteroseksual. Namun jika seseorang menjadi homoseksual karena faktor sosiokultural dan lingkungan, maka dapat disembuhkan menjadi heteroseksual, asalkan orang tersebut mempunyai tekad dan keinginan kuat untuk menjauhi lingkungan tersebut.
Perilaku Biseksual didorong oleh beberapa keadaan antara lain :  
·         Coba-coba
Perilaku coba-coba untuk memperoleh pengalaman seksual baru sering dilakukan antarsahabat. Laki-laki yang telah beristri mencoba pengalaman seksual baru dengan sahabat laki-lakinya. Demikian juga perempuan yang telah bersuami mencoba pengalaman seksual baru dengan sahabat perempuannya. Perilaku biseksual ini dapat juga muncul dari hasil coba-coba antara laki-laki homoseksual dan sahabat perempuannya atau antara perempuan lesbian dan sahabat laki-lakinya. Jadi, fenomena orientasi seksual itu memang kompleks atau pelik dan tidak dapat dilihat hanya pada perilaku yang tampak di permukaan (overt behavior).
·         Seks bebas (free sex)
Para penganut seks bebas sering kali mengadakan pesta seks yang dihadiri banyak orang dengan berbagai ragam orientasi seksual. Dalam keadaan semacam ini, sangat terbuka kemungkinan coba-coba melakukan hubungan biseksual. Bila dalam melakukan hubungan itu mereka mengalami kenikmatan seperti diharapkan, perilaku tersebut cenderung diulang-ulang sehingga ia dapat berkembang menjadi orang yang memiliki perilaku biseksual.
·         Kebutuhan emosional yang tak terpenuhi
Hasil penelitian tentang seksualitas ganda menunjukkan bahwa para wanita biseksual mempunyai beberapa kebutuhan emosional yang hanya dapat dipenuhi oleh laki-laki, sementara beberapa kebutuhan emosional lainnya, menurut mereka, hanya dapat dipenuhi perempuan. Untuk memenuhi seluruh kebutuhan emosional tersebut, mereka memiliki peran seksualitas ganda.
·         Kebutuhan akan variasi dan kreativitas
Hasil penelitian terhadap pria biseksual menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menjadi biseksual karena ingin memenuhi kebutuhan akan adanya variasi dan kreativitas untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan dalam melakukan hubungan seksual.

III..Cara-cara yang ditempuh untuk mencegah Homoseksualitas.
Seperti yang kita ketahui, ada bukti kuat bahwa homoseksualitas adalah kondisi yang sedikit dipengaruhi oleh faktor genetik, kelenjar, atau pengaruh-pengaruh psikologis. Jika hal ini ternyata benar, maka homoseksualitas dapat dicegah dengan menyediakan pembelajaran melalui pengalaman-pengalaman yang menstimulasi heteroseksualitas. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa kita dapat memberikan kuliah atau tugas membaca dan berharap bahwa kegiatan ini bisa mencegah homoseksualitas. Pembelajaran ini harus dimulai di rumah, bahkan sebelum anak itu mengetahui bagaimana caranya membaca.
·         Ciptakan Lingkungan Rumah yang Sehat.
Karena homoseksualitas sering muncul dari adanya hubungan yang tidak dikehendaki antara orangtua dengan anak, maka keluarga adalah titik awal dimana usaha pencegahan harus dimulai. Memang benar dan tidak diragukan lagi bahwa orangtua yang memiliki kehidupan pernikahan yang sehat tidak akan menasihati anaknya agar memilih pasangan yang sejenis. Seorang ayah tidak akan menolak atau mengacuhkan anak-anaknya jika ia mengalami kepuasan dalam pernikahan, karier yang tidak menyita hampir seluruh waktunya, dan dia merasa aman dalam kemaskulinan dan kemampuannya sebagai laki-laki. Tidak ada anak yang bertumbuh menjadi homoseksual jika sejak semula dia sudah mempunyai hubungan emosional yang hangat, terutama dengan kedua orangtuanya.
Semuanya itu menyatakan bahwa gereja sebenarnya bisa mencegah homoseksualitas jika gereja menstimulasi pola keluarga yang Alkitabiah dimana ayah dan ibu secara jelas memiliki peran yang berbeda; ayah menjadi pemimpin di rumah, anak-anak dihargai dan didisiplin, serta orangtua memiliki hubungan yang saling memuaskan. Suasana rumah yang stabil menstimulasi perilaku heteroseksual yang sehat bagi anggota keluarga tersebut.


·         Memberikan Informasi yang Akurat Mengenai Homoseksualitas.
Sangat menyedihkan saat mengamati penghukuman dan ketakutan orang-orang Kristen sebagai reaksi mereka terhadap homoseksualitas. Dengan tumbuh dalam lingkungan semacam ini, para pemuda justru belajar untuk takut terhadap homoseksualitas dan menekan berbagai kecenderungan "gay" yang ada di dalam diri mereka. Mereka bukannya mengakui dan bergaul dengan orang yang berjenis kelamin sama, melainkan menutup rapat-rapat semuanya itu. Mereka terdorong untuk bergabung dengan kelompok homoseksual yang justru bisa memahami, menerima, dan mengasihi mereka karena mereka tidak bisa mendapatkan pengertian dan pertolongan dari orangtua atau anggota gereja. Dengan sikap menyalahkan tersebut, maka gereja kadang-kadang justru menekan orang-orang ke dalam situasi yang mendorong perilaku homoseksual.
Alternatif penyelesaiannya bukanlah dengan cara mengembangkan sikap-sikap liberal yang mengabaikan dosa atas perilaku homoseksual. Jalan keluar yang bisa diberikan adalah gereja- gereja mengajarkan apa yang Alkitab katakan tentang kontrol seksual, cinta, persahabatan, dan seksualitas (termasuk homoseksualitas). Para pemimpin gereja seharusnya menunjukkan sikap belas kasih dan membesarkan hati, dan bukannya menghukum atau menyalahkan mereka. Pandangan miring tentang homoseksualitas (beberapa di antaranya dibahas dalam buku-buku Kristen populer tentang "gay") seharusnya diungkapkan apa adanya: ketidakbenaran yang dijejalkan pada orang-orang, ketidakpedulian yang terus- menerus, ketakutan yang dimunculkan, penyingkiran para homoseks dari persekutuan Kristen serta pelayanan yang lebih digunakan untuk membesar-besarkan pembenaran kritiknya. Semuanya ini menunjukkan bahwa permasalahan-permasalahan seperti homoseksualitas seharusnya didiskusikan di gereja dan bukannya dihindari.
Karena homoseksualitas bisa menjadi kebiasaan yang merupakan respon terhadap stimulasi lingkungan, maka gereja seharusnya menekankan tentang pentingnya pengendalian seksualitas pribadi. Hal ini bisa dilakukan melalui doa, merenungkan Firman Tuhan, menghindari situasi atau orang yang memunculkan pemikiran seksual, membuat keputusan dengan tenang untuk menghindari tindakan dosa, dan kebiasaan untuk menceritakan masalah dengan teman atau konselor yang bisa dipercaya.
·         Membangun konsep diri yang sehat.
Beberapa tahun yang lalu George Gilder dalam salah satu bukunya menunjukkan bahwa "ada jutaan laki-laki yang berada dalam kondisi keliru yang berpeluang terhadap homoseksualitas. Penyebab yang sering muncul adalah rendahnya penilaian diri. Kegagalan dalam cinta atau pekerjaan bisa juga membuat para lelaki putus asa sehingga mereka merasa tidak mampu membangun hubungan dengan wanita. .... Untuk mendapatkan seorang wanita, seorang pria harus benar-benar merasa bahwa dirinya adalah seorang pria." Jika seorang pria merasa tidak puas dengan dirinya atau tidak maskulin, dia mungkin mencari hubungan yang aman dimana dia tidak harus berlaku sebagai seorang pria atau membuktikan kejantanannya. Mungkin situasi yang hampir sama juga terjadi pada wanita. Konsep diri yang rendah juga menjadi peluang bagi seseorang untuk berperilaku homoseks.

IV.Masalah Seksual lain.
Seksualitas merupakan hal yang masih tabu dibicarakan hingga saat ini. Apalagi kita hidup di budaya timur. Namun seksualitas merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri dan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita manusia, bahkan menarik. Seorang anak tanpa diajarkan pendidikan seks oleh orang tuanya pun bisa mengetahui banyak hal yang menyangkut masalah seksualitas ini, baik itu dari teman sebaya maupun dari berbagai sumber informasi yang sangat mudah didapatkan.
Seksualitas dalam arti luas adalah semua aspek badaniah, psikologis, dan kebudayaan yang berhubungan langsung dengan seks dan hubungan seks manusia. Seks itu sendiri bisa diartikan sebagai jenis kelamin seseorang. Di sini kita akan membahas mengenai jenis-jenis penyimpangan seksual.
Penyimpangan seksual sekarang cukup banyak dikenal atau diketahui oleh masyarakat awam. Bahkan bisa menjadi konflik dalam diri dan rumah tangga. Bisa saja menjadi pemicu kekerasan dalam rumah tangga atau penyebab hubungan menjadi dingin...
Berbagai jenis penyimpangan seksual yang dikenal selama ini adalah:
·         Satiriasis
Adalah suatu keinginan dan kebutuhan yang kuat pada laki-laki untuk melakukan hubungan seksual dan tidak terkontrol.
·          Nimfomania
Adalah suatu kebalikan dari satiriasis. Nimfomania adalah suatu keinginan dan kebutuhan yang kuat pada wanita untuk melakukan hubungan seksual dan tidak terkontrol.
·         Homoseksualitas dan Biseksualitas
Homoseksualitas dan biseksualitas merupakan pilihan orientasi seksual yang berbeda dengan lazimnya pada kebanyakan manusia, yaitu heteroseksual. Homoseksualitas adalah suatu orientasi seksual dimana pasangan homoseksual tertarik dan terangsang bukan terhadap lawan jenisnya melainkan terhadap sesama jenis, misalnya laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan. Sedangkan biseksual adalah suatu perilaku seksual yang menempatkan kedua jenis kelamin sebagai obyek seksual dalam minat yang seolah berimbang. Pada dasarnya seorang biseksual adalah homoseksual. Di luar dari cakupan nilai-nilai keagamaan dan budaya, saat ini secara kejiwaan, homoseksualitas tidak lagi dianggap sebagai suatu penyimpagan seksual. Melainkan hanya suatu pilihan orientasi yang berbeda. Oleh karena itu, sekarang sudah beberapa negara melegalkan perkawinan pasangan sejenis. Mengenai masalah homoseksualitas ini, nanti akan dibahas khusus pada artikel lainnya.
·         Gangguan Identitas Jenis Kelamin
a. Transeksualisme
Adalah suatu hasrat untuk hidup dan diterima sebagai bagian dari kelompok lawan jenisnya, contoh laki-laki mau menjadi wanita. Seringkali kita kenal dengan sebutan banci atau bencong. Biasanya disertai perasaan risih dengan organ seksualnya. Bisa disertai keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan pembedahan untuk menjadi lawan jenisnya. Transeksualisme berbeda dengan homoseksualitas. Sebagian besar transeksual adalah homoseksual, namun tidak sebaliknya.
b. Transvestisme Peran Ganda
Mengenakan pakaian dari lawan jenisnya untuk dapat menikmati sejenak pengalaman menjadi orang lawan jenisnya. Misalnya seorang laki-laki mengenakan pakaian wanita sejenak. Penyimpangan ini tidak berhasrat untuk mengubah jenis kelaminnya secara permanen. Dan tidak ada kepuasan seksual yang menyertai pemakaian pakaian lawan jenis tersebut. Transvestisme juga berbeda dengan homoseksualitas. Belum tentu orang transvestis adalah homoseksual.
c. Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak-kanak
Tampak pertama kali pada masa dini kanak dan selalu sebelum pubertas, ditandai oleh stres yang dalam dan permanen tentang jenis kelaminnya, bersamaan dengan hasrat untuk menjadi lawan jenisnya. Kecenderungan ini dapat menetap. Hanya perilaku tomboi pada anak perempuan atau perilaku feminin pada anak laki-laki saja tidak identik dengan penyimpangan ini. Penyimpangan ini perlu gangguan yang mencolok dari perasaan yang normal sebagai laki-laki atau perempuan.
·         Gangguan Preferensi Seksual
a. Fetithisme
Menggunakan benda mati sebagai suatu perangsang yang dapat membangkitkan gairah seksual dan memberikan kepuasan seksual. Bisa seperti pakaian, sepatu, karet, plastik, atau kulit.
b. Transvestisme Fetithistik
Mengenakan pakaian lawan jenis dengan tujuan mencapai kepuasan seksual. Berbeda dengan transvestisme transeksual di atas. Bila orgasme sudah terjadi dan gairah seksual menurun, maka timbul keinginan atau hasrat yang kuat untuk melepaskan baju tersebut.
c. Exhibisionisme
Kecenderungan berulang atau menetap untuk memamerkan alat kelamin kepada orang asing (biasanya lawan jenis) ataupun kepada orang banyak di tempat umum tanpa niat untuk berhubungan lebih akrab. Biasanya, tapi tidak selalu, terdapat kepuasan seksual pada saat memamerkan dan aksi ini lazim diikuti masturbasi.
d. Voyeurisme
Adalah kecenderungan yang berulang dan menetap untuk melihat orang yang sedang berhubungan seksual atau sedang menanggalkan pakaian. Biasanya menjurus kepada pemuasan seksual dan masturbasi tanpa orang yang diintip mengetahuinya.
e. Pedofilia
Kecenderungan seksual terhadap anak-anak, biasanya anak pra-pubertas atau anak awal masa pubertas. Bisa tertarik hanya pada anak perempuan atau hanya pada anak
laki-laki atau kedua-duanya.
f. Sadomasokisme
Suatu kecenderungan terhadap aktivitas seksual yang meliputi pengikatan atau kekerasan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan. Jika individu lebih suka menjadi korban dari perangsangan demikian disebut masokisme, jika sebagai pelaku disebut sadisme. Seringkali individu tersebut memperoleh kenikmatan dari keduanya.
g. Gangguan preferensi seksual lainnya
Suatu pola lain dari kecenderungan dan aktivitas seksual, mencakup halhal seperti phone sex (melakukan panggilan telepon cabul), menggosok-menempel pada orang untuk perangsangan di tempat umum yang ramai (frotteurisme), aktivitas seksual dengan binatang, mencekik leher untuk menambah kepuasan seksual, kesukaan terhadap orang cacat badan tertentu.
Gangguan-gangguan preferensi seksual di atas dapat dialami lebih dari satu gangguan dan disebut gangguan preferensi seksual multiple.
·          Gangguan maturitas (kematangan) seksual
Individu mengalami ketidakpastia mengenai identitas atau orientasi seksualnya sehingga menimbulkan kecemasan atau depresi. Paling sering terjadi pada remaja yang tidak tahu pasti apakah mereka homoseksual, heteroseksual, atau biseksual dalam orientasi, atau pada orang yang sudah stabil dengan orientasi seksualnya, seringkali setelah hubungan yang berlangsung lama, ternyata menemukan bahwa dirinya mengalami perubahan orientasi seksual

V.Kesimpulan
Secara signifikan keberadaan kaum homoseksual di dunia ini patut diperhitungkan. Di suatu survei di Amerika Serikat pada saat dilangsungkan pemilu 2004, diketahui bahwa 4% dari seluruh pemilih pria menyatakan bahwa dirinya adalah seorang gay. Di Kanada, berdasarkan statistik Kanada menyatakan bahwa diantara warga Kanada yang berumur 18 sampai 59 tahun, terdapat 1% homoseksual dan 0.7% biseksual. Sedangkan di Indonesia, data statistik menyatakan bahwa 8 sampai 10 juta populasi pria Indonesia pada suatu waktu pernah terlibat pengalaman homoseksual.
Sebagaimana manusia lainnya, para homoseksual ini memiliki rasa yang sama dengan manusia normal lainnya. Rasa cemburu pun dimiliki oleh kaum ini, bahkan rasa cemburu yang berlebihan bisa timbul jika mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan orang lain. Dan karena rasa cemburu yang dimilikinya terlalu besar, ada yang sampai tega membunuh pasangannya dan kejadian ini biasa dialami oleh seorang gay. Dan satu yang perlu diingat menjadi homoseksual adalah suatu PILIHAN bukanlah suatu TAKDIR. Kecenderungan besar manusia untuk kembali ke kehidupan normal adalah kekuatan terpenting untuk sembuh dan keluar dari jurang tersebut.
Dan kaum homoseksual dari dulu sampai masa yang akan datang akan selalu ada, berkeliaran disekitar kita, terlihat jelas atau kasat mata, dan kita pun berpotensi menjadi bagian dari mereka, tinggal bagaimana kita menyikapinya dan memilih tetap menjadi “normal” atau menyerah pada potensi tersebut.
































DAFTAR PUSTAKA


http://www.Google.org/transgend/12/
Garyy R.Collins,1998,A Comprehensuve Guide,USA : Word Publishing.

Top of Form

0 komentar:

Posting Komentar